06/08/2022

TOXIC PARENTS? ORANG TUA WAJIB MENGETAHUINYA

Apakah Anda merasa sering memarahi anak atau mempermalukannya di depan orang lain hanya karena urusan sepele? Hati-hati, hal tersebut dapat menjadi tanda bahwa Anda termasuk toxic parents. Bukan hanya teman, pasangan, atau lingkungan, istilah toxic juga berlaku bagi orang tua yang menjadi “racun” bagi anaknya sendiri. Jika dibiarkan berlarut-larut, tentu anak bisa mengalami berbagai masalah.

Apa itu Toxic Parents?

Toxic parents adalah orang tua yang tidak menghormati dan memperlakukan anaknya dengan baik sebagai individu. Mereka bisa melakukan berbagai kekerasan pada anak bahkan membuat kondisi psikologis atau kesehatan mentalnya terganggu. Toxic parents juga enggan berkompromi, bertanggung jawab, maupun meminta maaf kepada anaknya. Hal ini sering kali dilakukan orang tua yang memiliki gangguan mental atau merupakan seorang pecandu. Selain itu, trauma di masa kecil akibat pengasuhan yang buruk dapat memicu masalah ini, di mana orang tua masih membawa luka lama dan melukai anaknya dengan cara yang sama seperti yang dialaminya dulu. Meskipun orang tua toxic kerap berdalih apa yang dilakukannya semata-mata karena kasih sayang, toxic parenting adalah hal yang tidak baik untuk dilakukan. Anak membutuhkan cinta dan kasih sayang yang tulus dari orang tuanya. Jika tidak mendapatkan hal tersebut, tentu saja jiwa anak bisa terluka.

Tanpa disadari atau tidak, Anda bisa saja menjadi toxic parents. Oleh sebab itu, terdapat ciri-ciri toxic parents yang penting untuk diperhatikan supaya Anda bisa menyadarinya. Berikut adalah ciri-ciri orang tua toxic yang mungkin secara tidak sengaja pernah orang tua lakukan:

  1. Mengutamakan diri sendiri
    Ciri-ciri orang tua yang egois adalah selalu mengutamakan kebutuhannya sendiri dan tidak mempertimbangkan kebutuhan maupun perasaan anak. Selain itu, mereka tidak akan berpikir mengenai dampak perilakunya tersebut terhadap anak.
  2. Tidak dapat memperlakukan anak dengan baik
    Orang tua yang toxic tak dapat memperlakukan anaknya dengan baik. Bahkan pada tingkat yang dasar saja, seperti rasa hormat dan kesopanan, mereka enggan melakukannya. Ia juga sengaja melupakan hal-hal penting yang berkaitan dengan anak.
  3. Sulit mengendalikan emosi
    Toxic parents kerap mengalami kesulitan dalam mengendalikan emosinya. Mereka cenderung bereaksi berlebihan atau dramatis ketika anak melakukan kesalahan. Selain itu, kemarahannya pun kerap tak dapat diprediksi. Mereka tidak akan segan untuk memukul, memaki, atau melakukan kekerasan lainnya kepada anak.
  4. Suka mengontrol
    Orang tua toxic senang mengontrol anaknya dengan ketat. Mereka akan mengatur apa yang harus dilakukan oleh anak, bahkan kapan dan bagaimana sang anak melakukannya. Selain itu, toxic parents akan mencampuri urusan pribadi anak. Rasa bersalah dan iming-iming menjadi senjata bagi mereka untuk mengontrol anak.
  5. Selalu menyalahkan anak
    Orang tua yang selalu menyalahkan anak meskipun jelas bukan kesalahan mereka, juga termasuk perilaku toxic. Selain itu, apa pun usaha dan hasil yang dilakukan anak tidak pernah dinilai baik oleh orang tuanya. Mereka akan selalu mencari kesalahan dan jarang mengapresiasi anak.
  6. Sering mempermalukan anak
    Orang tua yang toxic juga kerap mempermalukan anaknya dengan sangat buruk. Mereka akan mengejek, merendahkan, memukul, memaki, atau meneriaki anak di depan orang lain, terutama teman-temannya, sehingga anak merasa sangat malu.
  7. Merasa bersaing dengan anak
    Bukan hanya selalu merasa benar, toxic parents juga akan bertindak seperti orang yang sedang bersaing dengan anak. Jadi, alih-alih menyemangati dan merasa bahagia atas keberhasilan anak, ia malah membuat anak down, mengabaikannya, dan merasa tak suka jika anak senang.

Dampak Toxic Parents Pada Anak

Toxic parenting adalah pola asuh yang bisa berdampak buruk pada anak. Anak yang berada dalam pola pengasuhan ini tidak akan merasa senang ketika berbicara, menghabiskan waktu, atau berpikir tentang orang tuanya. Mereka bahkan bisa menjadi sangat ketakutan, depresi, atau emosional sehingga melampiaskannya pada hal lain. Dampak ini juga dapat terus berlanjut hingga dewasa. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat terjadi pada korban toxic parents:

  1. Gangguan mental, seperti kecemasan atau gangguan stres pascatrauma (PTSD)
  2. Sulit mengendalikan emosi
  3. Penggunaan obat-obatan terlarang dan alkohol
  4. Merasa tidak aman
  5. Harga diri rendah
  6. Sulit untuk mengatakan tidak pada orang lain
  7. Berusaha keras untuk menyenangkan orang lain
  8. Mengalami kesulitan menjadi diri sendiri
  9. Memiliki toleransi yang tinggi terhadap perlakuan buruk orang lain
  10. Percaya jika orang terdekat akan menyakiti atau meninggalkan
  11. Mengembangkan ke-toxic-an dalam hubungan atau menghindari untuk menjalin hubungan.

Cara menghadapi orang tua toxic tentu tidak mudah bagi anak. Hal tersebut bisa merusak kondisi psikologis maupun mentalnya. Oleh sebab itu, sebagai orang tua yang baik, Anda tentu harus menerapkan pola asuh yang tepat untuk anak. Jangan sampai pola asuh yang buruk membuat keutuhan keluarga menjadi bermasalah.

Cara Mengatasi Perilaku Toxic Parenting

Apabila Anda merasa memiliki ciri-ciri toxic parents, tidak ada salahnya untuk memperbaikinya secara perlahan. Berbagai cara mengatasi toxic parenting adalah sebagai berikut:

  1. Menjalin komunikasi yang baik
    Cobalah untuk menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Berikan kesempatan pada mereka untuk berbicara mengenai apa yang dipikirkan atau dirasakannya. Namun, jangan memaksa anak, apalagi sampai berteriak karena hanya akan membuatnya menjauhi Anda. Ajak anak berbicara dengan nyaman sehingga mereka bisa merasa didengarkan dan diperhatikan.
  2. Dorong anak menjadi dirinya sendiri
    Memaksakan kehendak Anda pada anak bisa merusak rasa percaya diri mereka. Jadi, doronglah anak untuk menjadi dirinya sendiri. Biarkan mereka memilih kegiatan yang disukainya, seperti menari, sepak bola, catur, melukis, atau aktivitas positif lainnya. Berikan dukungan pada anak sehingga mereka tahu jika Anda menghormati pilihannya.
  3. Tidak berlebihan saat anak membuat kesalahan kecil
    Ayah atau ibu toxic akan marah, kesal, atau bahkan menghukum anak ketika membuat kesalahan kecil. Namun, untuk menghindari hal tersebut, Anda harus menyadari bahwa setiap orang pasti pernah membuat kesalahan. Alih-alih menghukumnya dengan keras, cobalah beri pengertian pada anak untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.
  4. Memiliki harapan yang realistis terhadap anak
    Penting bagi orangtua untuk memiliki harapan yang realistis terhadap anak. Sebab, orang tua toxic sering kali memberikan standar yang jauh melampaui usia anak. Misalnya, Anda mengharapkan anak berusia 2 tahun untuk pergi ke toilet atau berpakaian sendiri. Hal tersebut tentu akan sulit bagi anak karena keterampilannya belum mumpuni.
  5. Hormati batasan yang anak terapkan
    Anak-anak dapat menetapkan batasan sejak kecil. Misalnya, mereka membutuhkan waktu untuk sendiri saat suasana hatinya buruk. Namun, orang tua yang toxic akan melewati batasan tersebut sehingga tidak menghormati keinginan anak.

Jika cara-cara tersebut tidak membawa pengaruh yang signifikan, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog keluarga untuk mendapat bantuan secara profesional dalam mengatasi masalah ini. (sehatq).